IPB University dan Institute of Environmental Engineering RUDN University Russia Gelar Seminar Urban Ecology

IPB University melalui International Research Institute for Environment and Climate Change (IRIECC) atau Lembaga Riset Internasional – Lingkungan dan Perubahan Iklim ( LRI – LPI) bersama dengan Institute of Environmental Engineering RUDN University Russia menyelenggarakan Joint Seminar in Urban Ecology.

Seminar ini bertujuan untuk berbagi informasi mengenai hasil penelitian antar peneliti di masing-masing universitas dengan topik utama urban ecology. Kegiatan ini melibatkan 130 peserta yang hadir baik dari akademisi, pemerintah, maupun swasta. Peserta berasal dari Indonesia, Rusia, Jepang, Kamboja, Jerman dan Filipina.

“Harapannya, kegiatan ini dapat membuka peluang penelitian atau kerja sama antara RUDN University Russia dan IPB University, terutama untuk para peneliti yang memiliki persamaan topik riset,” ungkap Prof Rizaldi Boer, Kepala LRI LPI IPB University.

Perbedaan karakteristik antara dua negara Rusia dan Indonesia menjadi hal yang menarik untuk dipelajari. Materi mengenai air pollution pada Rusia dan Indonesia memiliki perbedaan baik dari sumber, parameter, dampak, maupun pengurangan teknologi (biological dan physicochemical).

Prof DrSc Margarita Redina dari RUDN University mengungkap hasil risetnya dengan studi kasus di kampus RUDN University dan Southwestern Forest Park. Riset tersebut terkait kontribusi transportasi yang menghasilkan Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH) dan partikel padat sebagai input komponen geochemical runoff pada badan air.

Berdasarkan riset tersebut diketahui bahwa emisi Particulate Matter (PM) dan Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH) per tahun akan lebih tinggi apabila jumlah kendaraan pada suatu ruas jalan juga tinggi.

Sementara di Indonesia, Prof Arief Sabdo Yuwono, pakar IPB University dalam paparannya menyebut, penilaian air pollution di urban area umumnya berasal bau (odour) yang dihasilkan dari sampah dan aktivitas industri.

Selain itu, pemanfaatan limbah sampah plastik untuk material konstruksi yang eco-friendly seperti plastic for asphalt, plastic for paving, dan plastic for concrete yang disampaikan oleh DrEng Heriansyah Putra diharapkan dapat menjadi salah satu langkah pelestarian lingkungan dengan menerapkan reduce, reuse, and recycle (3R).

Eco-friendly farming di kedua negara pun memiliki perbedaan. Sebagaimana yang disampaikan Olga Kucher (RUDN University) dalam paparannya. Ia mengulas teknik pertanian modern yang digunakan di Rusia dalam manajemen pertanian gandum pada musim dingin serta hubungannya dalam konteks pertanian berkelanjutan.

Khusus varian gandum, terdapat empat spesifik kondisi dalam teknologi budi daya di antaranya sistem pengolahan tanah, sistem pemupukan, benih, rotasi tanaman, dan perlindungan tanaman.

Lain halnya di Indonesia, Prof Hadi Susilo Arifin, ahli Ekologi Lanskap IPB University menjelaskan, sistem pekarangan menjadi salah satu pendekatan agroecosystem untuk manajemen lanskap berkelanjutan pada pertanian pedesaan-perkotaan (rural-urban farming) di sini.

“Pekarangan sendiri dapat dilakukan walaupun berada pada rumah dengan halaman yang terbatas dengan metode vertical garden. Selain itu juga konsep pekarangan yang berbeda di setiap daerah dapat memiliki makna kearifan lokal yang berbeda seperti contohnya konsep Tri Hita Karana di Bali,” ungkapnya. (*/Rz)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *