Dalam semangat membangun sistem pangan yang lebih tangguh dan berkelanjutan, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian PPN/Bappenas bersama Korea International Cooperation Agency (KOICA) terus memperkuat kerja sama strategis dalam proyek Harnessing Rice Production and Productivity Extending from Agricultural Activities to Rural Development and Sustainability.
Setelah sukses melaksanakan Demand Survey pada Januari 2025, kini memasuki tahap yang lebih mendalam yakni Implementation Survey (IS) yang digelar pada 30 Juni hingga 9 Juli 2025. Kegiatan ini menjadi momentum penting dalam menyusun rencana kerja implementatif yang akan menjadi landasan pengembangan proyek jangka panjang.
Kegiatan Implementation Survey atau yang juga disebut dengan In-Depth Survey dibuka dengan pertemuan strategis antara Bappenas, Kementerian Pertanian, IPB University, dan tim ahli dari KOICA. Fokus utama pertemuan adalah pemaparan struktur pelaksanaan program serta penegasan visi bersama dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional Indonesia.
Dalam sambutannya, perwakilan Bappenas memaparkan arah kebijakan Ketahanan Pangan dalam RPJMN 2025–2029, yang menekankan pentingnya inovasi, kolaborasi lintas sektor, dan pemberdayaan petani. Kementerian Pertanian turut menegaskan komitmennya melalui presentasi bertema “Visi Pertanian Masa Depan untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan”.
Diskusi kian dinamis dengan kehadiran pakar KOICA dan IPB, termasuk Prof. Azis Boing Sitanggang, Sekretaris Lembaga Riset Internasional Pangan, Gizi, dan Kesehatan IPB. Beliau menekankan bahwa “riset dan inovasi harus menjadi poros utama dalam membangun sistem pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim dan tantangan global.”
Salah satu inisiatif utama dalam kerja sama ini adalah pembangunan Rice Innovation Center Indonesia–Korea yang selanjutnya akan disebut sebagai RICE. Pusat inovasi ini akan berfungsi sebagai laboratorium hidup untuk pengembangan teknologi pertanian, pelatihan petani, dan riset kolaboratif serta memberikan hasil nyata dalam produktivitas padi.
“RICE akan menjadi simbol nyata kolaborasi antara dua negara, serta menjadi penggerak produktivitas padi nasional,” ujar Country Directur of KOICA Indonesia.
Pusat ini dirancang untuk memberikan dampak langsung ke petani melalui demonstrasi teknologi, praktik agrikultur cerdas, dan konektivitas dengan lembaga pembiayaan serta koperasi lokal.
Selama kegiatan Implementation Survey, tim gabungan melakukan kunjungan lapangan ke tiga lokasi sawah potensial yaitu Desa Ciasem dan Compreng di Subang, Desa Pangumbahan di Sukabumi, dan Desa Pamijahan di Bogor. Tim berdialog langsung dengan petani, kelompok tani, penyuluh pertanian, koperasi, hingga tokoh masyarakat setempat guna memastikan bahwa kebutuhan dan aspirasi masyarakat menjadi bagian integral dari desain program.
Melalui kegiatan Implementation Survey ini, diharapkan dapat terwujud peta jalan yang konkret untuk pelaksanaan proyek jangka panjang. Kolaborasi antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea, melalui Bappenas, IPB University, Kementerian Pertanian, dan KOICA, adalah fondasi kuat untuk membangun sistem pangan yang inovatif dan berdaya tahan.
Dengan memadukan ilmu, kebijakan, dan praktik lapangan, proyek ini menjadi contoh nyata bagaimana diplomasi pembangunan dapat menjawab tantangan global seperti perubahan iklim, krisis pangan, dan kemiskinan di pedesaan.

