Peringati Hari Perlindungan Anak Sedunia, Webinar Nasional Tekankan Kolaborasi untuk Perlindungan Anak yang Lebih Kuat

Bogor, 3 Juni 2025 — Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA) IPB University bekerja sama dengan National Institute for Child and Family Development (NICFD), Mahidol University, Thailand, menyelenggarakan Webinar Nasional dalam rangka memperingati Hari Perlindungan Anak Sedunia dengan tema: “Hari Perlindungan Anak Internasional : Raising Awareness and Action”

Acara ini diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan dan berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, termasuk akademisi, pembuat kebijakan, aktivis, pendidik, mahasiswa, serta tenaga pelindung anak di garis depan. Webinar ini menjadi momentum strategis untuk merefleksikan tantangan dan memperkuat sinergi kebijakan dan aksi nyata dalam memperjuangkan hak-hak anak.

Webinar dibuka secara resmi oleh Prof. Dr. Arya Hadi Darmawan, Kepala Lembaga Riset Internasional Pembangunan Sosial Ekonomi dan Kawasan, IPB University. Dalam sambutannya, Prof. Arya menegaskan bahwa isu perlindungan anak bukan hanya masalah nasional, melainkan tanggung jawab global. Ia menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2023, lebih dari 15.000 kasus kekerasan terhadap anak dilaporkan melalui SIMFONI PPA. Selain itu, ia menyoroti tantangan regional, termasuk masih rendahnya pencapaian indeks perlindungan anak meskipun beberapa provinsi seperti Jawa Barat sudah melampaui rata-rata nasional. Menurut Prof. Arya, kerja sama internasional seperti antara Indonesia dan Thailand sangat penting untuk memperkuat kebijakan perlindungan anak yang berbasis riset dan kolaboratif.

Materi pertama disampaikan oleh Dr. Chatchai Imarom, Dokter Anak di RS Mahidol University yang juga menjabat sebagai Deputi Direktur Bidang Hubungan Internasional dan Hubungan Masyarakat NICFD Mahidol University, Thailand. Dr. Baz membahas berbagai bentuk ancaman terhadap anak, termasuk kekerasan fisik, seksual, emosional, serta pengabaian. Ia menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif antar-profesi untuk memastikan pemenuhan hak anak sesuai Konvensi Hak Anak PBB (UNCRC). Di materinya, Dr. Baz juga menyampaikan beberapa kasus kekerasan terhadap anak di Thailand dan menjelaskan bahwa anak korban kekerasan akan berpotensi memiliki berbagai penyakit degenerative seperti penyakit darah tinggi, diabetes mellitus, hingga gangguan hati. Bahkan Dr. Baz juga menyampaikan bahwa pengalaman kekerasan dapat merusak perkembangan otak dan syaraf yang dapat memperpendek usia seseorang. 

Sementara itu, Dr. Yulina Eva Riany, Kepala Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA) IPB University, pada materi kedua memaparkan situasi terkini perlindungan anak di Indonesia. Ia menyoroti bahwa sepanjang tahun 2023 terdapat lebih dari 9.588 kasus kekerasan seksual terhadap anak, dan bahwa Indeks Perlindungan Anak Nasional masih belum mencapai target RPJMN 2024. Dr. Eva menegaskan pentingnya melaksanakan berbagai edukasi yang berbasis pada keluarga dan masyarakat sebagai unit utama dan terdekat dengan anak. Pada kesempatan yang sama, Dr. Eva juga menekankan untuk memulai Upaya perlindungan anak saat ini dan dimulai dari lingkungan terdekat kita.  

Webinar juga membahas sejumlah kasus nyata kekerasan terhadap anak, termasuk kasus di pesantren Bandung, kekerasan bayi oleh ayah kandung, dan perdagangan anak perempuan secara daring. Kasus-kasus ini memperkuat urgensi reformasi kebijakan, peningkatan kesadaran publik, dan penegakan hukum yang berpihak pada anak.

Sejumlah rekomendasi utama yang disepakati dalam forum ini antara lain:

  • Perlunya strategi terintegrasi untuk upaya menyediakan perlindungan kepada anak. 
  • Perlu melibatkan berbagai sektor. 
  • Perlu data yang akurat sebagai basis mengembangkan strategi perlindungan anak
  • Perlu komitmen yang kuat dari berbagai pihak baik dari keluarga, Masyarakat, NGO, dan juga pemerintah untuk mewujudkan perlindungan anak,

Webinar ini menegaskan kembali bahwa melindungi anak adalah melindungi masa depan bangsa. Oleh karena itu, urgent untuk memulai seluruh upaya perlindungan anak dari sekarang dan dari lingkungan terdekat.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *